Eks Danjen KopassUS Marah Besar ke Luhut, Sebutnya “Penjilat” dan “Rakus”: Kisah Ketidakpuasan yang Meledak



Eks Danjen Kopassus Majen (Purn) Soenarko marah besar dan mengumpat kepada Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.

Dia marah karena tidak menerima tuduhan Luhut yang menyebutnya sebagai kampungan berkaitan dengan usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Sonarko menjadi bagian dari Forum Purnawirawan TNI – Polri yang menyampaikan delapan poin.

Dia tidak setuju saat Luhut mengatakan bahwa orang-orang yang ingin menjadikan Gibran sebagai tersangka adalah penduduk pedesaan.

“Saya mengenal Luhut Pandjaitan dan kita semua pasti sudah mengetahui namun hanya tidak ingin membahas tentang siapa Luhut dalam era pemerintahan Jokowi,” ujar Soenarko seperti dilansir dari YouTube Refly Harun, pada hari Kamis tanggal 15 Mei 2025.

Soenarko menyebutkan bahwa ketika Pemilu Presiden tahun 2019, Luhut pernah menyinggung tajam terhadap Prabowo Subianto yang sedang bersaing melawan Jokowi waktu itu.

“Saat pilpres tahun 2019, Luhut pernah berkomentar dan menyindir Prabowo dengan kalimat seperti ini: ‘Apakah pasukan akan menjadi pengangguran jika ingin menjadi presiden?’ begitu kata dia,” terangnya.

Dia juga menyentuh tentang posisi Luhut pada masa kepresidenan Jokowi.

Soenarko mengatakan, ‘Dia dikenal di mana-mana sebagai menteri serba bisa. Begitu kecanduannya akan posisi itu sampai ia berkomentar bahwa kami terlalu sederhana.’

“Jadi, seperti yang telah saya ungkapkan sebelumnya, Luhud adalah orang yang suka berbohong dan memuja kekuasan dengan nafsu yang luar biasa besar. Saya ulangi sekali lagi, dia sangat tamak,” ucapnya marah.

Soenarko juga menyebutkan masa pandemi Covid-19 yang lalu, ketika Luhut pernah mengalami serangan.

“Banyak pengamat menyerangnya dengan klaim bahwa perusahaan milik Luhut tersebut memperoleh keuntungan dari sektor bisnis dan perlengkapan medis. Dengan berbagai kalimat hebat, ia membantah semua tuduhan itu,” ujarnya.

“Lalu hal tersebut diungkap oleh para kritikus. Setelah itu, ia mengeluarkan pernyataan bahwasanya tidak, itu hanyalah upaya pencarian dana untuk aktivitas sosial. Kemudian mereka mengejarnya dengan klaim bahwa bukan hanya untuk kegiatan sosial sebab jumlahnya sangat besar, setelah itu dia bergecis dan tak berkomentar lebih lanjut,” jelas Soenarko sekali lagi.

Pada Pemilihan Presiden tahun 2024, Luhut juga memperkenalkan ide tentang penambahan durasi masa jabatan presiden.

Dia menyebutkan bahwa dia memiliki big data sejumlah ratusan juta warga Indonesia yang mendukung Jokowi untuk tiga periode, namun ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak masuk akal dan tidak ada buktinya.

Meski dihadapkan pada tantangan dari Said Didu, menurutnya, Luhut tetap tidak berkomentar apa-apa.

“Saat itu ia sempat bersitegang dengan Said Didu. Said Didu menyarankan, ‘Baiklah, jika ingin meminta dataku, mari buat forum publik secara langsung.’ Namun diam saja karena hanya penipunya semata. Inilah sifat tipu dayanya,” ungkapnya.

Bukan cuma sebagai pembohong, Soenarko pun menyebut bahwa Luhut merupakan seorang penjilat.

“Setelah menyapu bersih di masa-masa ia menjabat sebagai menteri untuk Jokowi, ia sempat berkomentar, ‘Mohon dibantu pak Repli carikan informasi tersebut pasti ada.’ Hmm. Nasib baik bagi bangsa Indonesia memiliki presiden sekelas Jokowi. Apabila menjadi prajurit, akan masuk ke Kopassus. Bukankah ini termasuk sikap memuja? Memujanya?” katanya.

Sebelumnya,

Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi dengan sikap tidak setuju ketika ditanya tentang dugaan impeachment Gibran Rakabuming Raka.

“Apa itu? Seharusnya kita bersatu, seperti yang sudah-sudah ini. Melihat bagaimana kondisi dunia saat ini penuh keributan, sungguh terkesan kurang modern,” ujar Luhut dilansir dari Kompas TV, Selasa (6/5/2025).

Luhut juga menekankan bahwa semua pihak perlu bersatu demi mendukung Prabowo-Gibran.

Ia menambahkan bahwa kita perlu memusatkan upaya pada cara-cara untuk mendukung pemerintah dengan efektif.

Diketahui, ada permintaan agar Gibran dihapuskan dari posisi Wakil Presiden yang sebelumnya berasal dari perwira tinggi TNI pensiunan.

Satu di antaranya adalah Wakil Presiden keenam Republik Indonesia, Try Sutrisno, yang sekaligus menjadi bapak dari Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I, yaitu Letnan Jenderal Kunto Arif Wibowo.

Coba Sutrisno adalah seorang jenderal perwira tinggi Angkatan Darat yang telah pensiun dan menduduki posisi wakil presiden keenam dari tahun 1993 hingga 1998.


Ikuti channel Tribunnews Bogor melalui aplikasi WhatsApp :

https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright 2025 REEL MASTER
Powered by WordPress | Mercury Theme